Home » Jejak Abadi Tiga Tokoh Seni Indonesia di Yogyakarta Gamelan Festival ke-30

Jejak Abadi Tiga Tokoh Seni Indonesia di Yogyakarta Gamelan Festival ke-30

Hari ketiga Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) 2025 menghadirkan sebuah momen penuh makna melalui Konser Maestro, sebuah pertunjukan istimewa yang dipersembahkan untuk mengenang dan merayakan warisan seni dari tiga tokoh legendaris Indonesia: Sapto Raharjo, Harry Roesli, dan Djaduk Ferianto.

Konser Maestro bukan sekadar penampilan musik, melainkan ruang penghormatan dan refleksi atas dedikasi ketiganya dalam merawat, menghidupkan, dan menjadikan musik sebagai medium ekspresi yang lintas zaman, dan lintas batas.

Sapto Raharjo, sosok pionir dalam eksplorasi gamelan kontemporer, dihadirkan kembali melalui karya-karyanya yang dibawakan oleh Komunitas Gayam 16, kelompok karawitan yang turut ia dirikan dan bina. Dengan semangat eksperimentatif dan akar tradisi yang kuat, penampilan ini menjadi penegasan bahwa warisan beliau terus hidup dalam denyut gamelan hari ini.

Advertisements

Sementara itu, Rumah Musik Harry Roesli mempersembahkan karya-karya sang komponis legendaris yaitu Harry Roesli yang dikenal melalui suara lantangnya dalam kebebasan berekspresi. Penampilan mereka ditutup dengan aksi teatrikal yang menyentuh: sebuah mikrofon kosong yang disinari cahaya, lalu terdengar rekaman suara almarhum menyanyikan lagu “Jangan Menangis Indonesia”. Sebuah simbol kehadiran yang tak lagi fisik, namun tetap menggema dalam ingatan kolektif bangsa.

Karya Djaduk Ferianto kembali bernyawa di panggung lewat penampilan Kuaetnika, kelompok musik yang menjadi rumah sekaligus ruang eksplorasi bagi Djaduk semasa hidupnya. Lebih dari sekadar pertunjukan, ini merupakan penggalian atas musik etnik dengan pendekatan modern. Sebuah cara Djaduk menjawab tantangan zaman: dengan menjembatani akar tradisi dan ekspresi kontemporer tanpa kehilangan kedalaman makna.

Konser Maestro menjadi pengingat bahwa gamelan bukan sekadar warisan budaya, tetapi juga suara kebebasan, perlawanan, dan kemanusiaan. Melalui karya-karya para maestro, kita belajar bahwa seni tradisi tidak pernah statis, ia tumbuh, berdialog, dan terus menemukan bentuk barunya.

Yogyakarta Gamelan Festival 2025 melalui konser ini mempersembahkan penghormatan mendalam pada para perintis yang telah membuka jalan dan menyalakan cahaya untuk generasi penerus.

Bersamaan dengan Konser Maestro, di luar Gedung Grha Budaya dilaksanakan salah satu program baru yang dihadirkan yaitu Sorot Sumirat yang merupakan ruang pengkaryaan dan pengekspresian karya video mapping merespon musik – musik maestro. Program ini akan menjadi ruang kolaborasi antara musik dan seni cahaya video mapping

Musik – musik akan menjadi ilustrasi dalam pertunjukan video mapping dan akan ditampilkan pada bidang yang tidak biasa juga. Kerja dan karya video mapping juga akan dikerjakan oleh kawan – kawan jaringan Gayam16 seperti LZY, ARAFURA, Lepaskendali Labs dan sebagainya.

Epson turut mendukung penuh program Sorot Sumirat sebagai Official Projector Partner, menghadirkan teknologi proyeksi visual berkualitas tinggi yang memperkuat pengalaman artistik dalam pertunjukan video mapping yang digelar di berbagai bidang ruang tak biasa

Telah diselenggarakan pula Kongres Gamelan yang mengundang serta melibatkan praktisi. Kegiatan ini menjadi ruang diskusi, dan berbagi ilmu untuk merawat dan mengembangkan seni gamelan. Ruang ini dibuat dan dibentuk untuk bersama “ngangsu kawruh”, dan menata strategi untuk terus merawat dan mengembangkan seni gamelan di era modernisasi dan perkembangan zaman hari ini.

Yogyakarta Gamelan Festival ke-30 akan dilaksanakan selama satu minggu di Taman Budaya Embung Giwangan Yogyakarta. Selain Gaung Gamelan yang resmi memulai Yogyakarta Gamelan Festival, hadir pula Pasar Cokekan, sebuah ruang tematik dalam festival yang dirancang untuk mewadahi entitas kesenian lain serta UMKM kuliner dan produk kreatif khas Nusantara. Selama satu minggu, pengunjung dapat menjelajahi ragam kuliner lokal, kriya, dan hasil karya kreatif dari pelaku usaha Yogyakarta dan sekitarnya.

Bersandingan dengan Pasar Cokekan, Panggung Cokekan menjadi ruang ekspresi terbuka yang bersifat inklusif dan penuh kejutan. Di sini, masyarakat luas dapat berpartisipasi langsung dalam berbagai kegiatan seperti pertunjukan musik, pantomim, lomba memasak, workshop interaktif, hingga aksi seni spontan.

Kami juga akan menampilkan karya instalasi yang dibuat dan dimaknai dengan spirit – spirit dari gamelan. Karya itu merupakan karya dari Jompet Kuswidananto yang membuat rangkaian gamelan dari sisa – sisa rel kereta api dan juga karya dari kawan-kawan Departemen Teknik Elektro dan Informatika UGM dan Gayam16. Pengunjung dapat menyaksikan dan turut memaknai karya tersebut selama sepekan penuh di Yogyakarta Gamelan Festival ke-30.

Ada pula kolaborasi YGF dengan Simak Siar yang menghadirkan anak-anak muda dari berbagai latar belakang musik. Mengusung semangat lintas genre, program ini bertujuan memperluas publikasi dan mendekatkan generasi muda pada gamelan melalui dialog kreatif dan pertunjukan yang segar.

Sebagai puncak acara Yogyakarta Gamelan ke-30 menghadirkan Konser Gamelan yang menjadi wadah pertemuan antara para pelaku, pecinta, dan penikmat gamelan dari berbagai penjuru dunia. Melalui konser ini, tradisi dan inovasi dalam dunia gamelan saling bersilangan, menciptakan ruang apresiasi, kolaborasi, dan dialog budaya yang hidup. Para peserta lokakarya juga akan tampil di Konser Gamelan manampilkan hasil pembelajaran selama 3 hari. Tahun ini selain dari Indonesia, juga akan tampil seniman gamelan dari Cina dan Kanada.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *