Gulali festival 2025 kembali menghadirkan pengalaman seni yang memukau melalui program “Tanem Tanemaki”, sebuah kolaborasi prestisius antara Indonesia dan Jepang dalam bidang seni ilustrasi dan pertunjukan. Pameran yang berlangsung selama 9 hari di Bentara Budaya Yogyakarta (26 Juli – 3 Agustus 2025) ini menampilkan 30 karya ilustrasi koleksi Chihiro Art Museum Jepang dan 48 karya dari 29 ilustrator Indonesia terpilih.
Program “Tanem Tanemaki” yang berarti “menanam benih” merupakan hasil kerja sama antara Papermoon Puppet Theatre, Ayo Dongeng Indonesia, Yayasan Cita Cerita Anak (TaCita), dan Chihiro Art Museum. Kolaborasi ini bertujuan menciptakan ruang pertukaran budaya sekaligus menyemai benih kebaikan untuk generasi masa depan melalui karya seni berkualitas.
Latar Belakang dan Filosofi Festival
Gulali Festival yang diinisiai oleh Papermoon Puppet Theatre dan Ayo Dongeng Indonesia telah menjadi platform penting bagi pertunjukan anak dan keluarga di Indonesia. Festival dwi-tahunan ini konsisten menghadirkan beragam bentuk seni pertunjukan mulai dari teater boneka, dongeng musik, hingga tari.
Filosofi “Tanem Tanemaki” mencerminkan keyakinan para penyelenggara bahwa karya seni berkualitas untuk anak merupakan investasi jangka panjang. “Kami percaya bahwa menyuguhkan karya seni yang digarap baik untuk anak adalah penting sebagai semaian benih kebaikan untuk generasi masa depan,” ungkap tim penyelenggara dalam keterangan resminya.
Kolaborasi ini juga menjadi kelanjutan dari kesuksesan pameran “Ehon: Jelajah Seni dan Cerita Buku Anak Jepang” yang diselenggarakan TaCita dan Shihiro Art Museum pada Februari 2024 di The Japan Foundation, Jakarta.
Program Unggulan dan Karya yang Dipamerkan
Pameran Ilustrasi Utama
Pameran utama menampilkan 30 ilustrasi dari 10 ilustrator Jepang yang diambil dari 12 judul buku cerita bergambar. Karya-karya ini dipilih berdasarkan periode publikasi, gaya gambar, dan teknik ilustrasi yang mewakili perjalanan panjang serta keberagaman ilustrasi buku cerita anak Jepang.
DI antara karya yang dipamerkan adalah ilustrasi masterpiece dari Iwasaki Chihiro (1918-1974) untuk buku “Madogiwa no Totto-chan” (Totto-chan), “Ame no Hi no Orusuban” (Staying Home Alone on a Rainy Day), dan “Kotori no Kuru Hi” (The Pretty Bird). Selain itu hadir pula karya kontemporer dari ilustrator seperti Dekune Iku, Yasunari Murakami, dan Seizo Tashima.
Karya Ilustrator Indonesia
Dari sisi Indonesia, tim kurasi telah memilih 48 karya dari 29 ilustrator dengan keunikan tersendiri. Berbeda dengan koleksi Chihiro Art Museum, sejumlah karya ilustrator Indonesia merupakan karya lepas yang bukan bagian dari buku cerita anak. Semua karya yang dikurasi menggunakan media tradisional/nondigital, menunjukkan kekayaan teknik dangaya ilustrasi Indonesia.
Beberapa ilustrator Indonesia yang berpartisipasi antara lain Wulung Sunu dengan “Light Hunter”, Barbara Eni dengan “Mul dan Semangkuk Garam”, dan Iwan Effendi dengan “Peebe Has a Wish”.
Ragam Aktivitas dan Workshop
Panggung Gulali
Program pertunjukan “Panggung Gulali” menghadirkan beragam format pertunjukan inovatif:
1. “Oniroku and The Carpenter” oleh Bagus Mazasupa (26 Juli) – Perunjukan solo piano ilustratif
2. “The Girl and the Butterbur Sprout” oleh Syakiriniku (27 Juli) – Dongeng musikal interaktif memadukan musik Jepang, Jawa, dan Modern
3. “Marcia dan Burung Putih” oleh Anak Bawang (1 Agustus) – adaptasi cerita rakyat Rusia dengan teater objek dan shadow puppet
4. “Alone at Home/Sendirian di Rumah” oleh Ulang Alik (2 Agustus) – Pertunjukan ramah sensori untuk anak usia 2 tahun ke atas.
Kasmishibai dan Workshop Khusus
Salah satu highlight festival adalah pertunjukan Kamishibai oleh Etsuko Nozaka dari Jepang (3 Agustus). Kamishibai adalah teknik mendongeng tradisional Jepang yang menggunakan kertas bergambar, akan disajikan dalam 8 cerita berbeda untuk segmentasi usia yang berbeda.
Etsuko Nozaka, penerjeman dan penulis berpengalaman yang telah menerjemahkan lebih dari 100 buku anak Belanda ke bahasa Jepang, juga akan memfasilitasi workshop Kamishibai (3 Agustus) untuk pendongeng, seniman pertunjukan, dan pendidik.
Program Edukasi Kreatif
Festival ini juga menawarkan beragam program edukasi:
1. Jelajah Galeri dengan pemandu profesional (28-31 Juli)
2. Klub Buku Anak untuk berbagi pengalaman membaca (27 Juli)
3. Workshop “Bikin Bukumu” bersama Penerbit Hujan & Bumi dan Wulang Sunu (28-29 Juli)
4. Workshop Pop-up Book bersama Impian Studio (31 Juli)
5. Teknik Nijimi oleh kurator Chihiro Art Museum, Tanabe Eriko (2 Agustus)
Pertukaran Budaya dan Diskusi Profesional
Program “Tukar Cerita” (1 Agustus) menghadirkan dialog menarik antara Chihiro Art Museum Taman Tini Sidin. Kedua institusi yang sama-sama didesikasikan untuk ilustrator ternama, Iwasaki Chihiro dan Tino Sidin, akan berbagi pengalaman dalam melestarikan karya ilustrasi.
Sesi “Menggambar Bersama” (30 Juli) oleh Aliansi Mekar Pukul Empat memberikan ruang bagi ilustrator profesional dan calon ilustrator untuk berbagi pengalaman berkarya sembari menciptakan sketsa bersama.
Program Jelajah Galeri tersedia untuk kelompok 15-30 orang dengan sistem resevasi. Beberapa program workshop memiliki kuota terbatas dan memerlukan pendaftaran terlebih dahulu.
Gulali Festival 2025 “Tanem Tanemaki” menawarkan pengalaman komprehensif uyang memadukan apresiasi seni visual, edukasi, dan pertunjukan. Festival ini tidak hanya menjadi ajang pameran, tetapi juga platform pembelajaran dan pertukaran budaya yang berharga antara Jepang dan Indonesia.
Bagi pecinta seni ilustrasi, pendidik, keluarga, dan siapa saja yang tertarik dengan dunia cerita anak, festival ini memberikan kesempatan langka untuk menyaksikan karya-karya masterpiece sekaligus berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kreatif yang menginspirasi.
Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari perayaan seni dan budaya yang bermakna ini. Kunjungi Bentara Budaya Yogyakarta dan rasakan pengalaman “menanam benih” kebaikan melalui seni yang lebih indah.
Gulali Festival 2025 Hadirkan “Tanem Tanemaki”: Kolaborasi Seni Ilustrasi Indonesia – Jepang di Yogyakarta
