Taman Budaya Embung Giwangan diresmikan pada hari ini, 23 Mei 2025 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, melalui penandatanganan prasasti secara simbolis di Ruang Auditorium Grha Budaya Taman Budaya Embung Giwangan.
Peresmian ini menandai dimulainya layanan operasional dan aktivasi Budaya. Taman Budaya Embung Giwangan
(TBEG) pembangunannya dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2019.
Taman Budaya Embung Giwangan dikelola oleh Pemerintah Kota Yogyakarta melalui UPT Pengelolaan Taman Budaya, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta.Taman Budaya Embungan Giwangan yang berada di Kalurahan Giwangan, Kecamatan Umbulharjo ini diharapkan menjadi ikon baru di Kawasan Selatan Kota Yogyakarta. Kawasan ini memiliki keluasan 3,4 hektar dimana 1/3 areanya merupakan embung yang berfungsi menyimpan cadangan air hujan.
Dengan berbagai fasilitas yang ada, seperti Panggung Terbuka, Auditorium Graha Budaya, Ruang Rapat, Ruang Pameran, Mini Galeri, dan Selasar, Taman Budaya Budaya Embung Giwangan diharapkan akan menjadi pusat kegiatan seni, ruang kreativitas, dan tempat pertemuan bagi seniman, komunitas, dan masyarakat umum.
Selain itu Taman Budaya Embung Giwangan juga memiliki fungsi konservasi air dan ruang publik bagi masyarakat, terutama untuk kegiatan berolah raga.
Rangkaian acara peresmian dimulai dengan Launching Jogja Cultural Show di Panggung Terbuka (Amphitheater). Sebuah paket pertunjukan regular yang nantinya akan ditampilkan setiap akhir pekan, mengangkat kesenian rakyat dengan kemasan pertunjukan yang menarik, yaitu Kenes’an dan SeSe Hokse.
Se Se HokSe berasal dari kata-kata dalam Srandhul yang disuarakan dengan nada seperti bendrong dalam musik Jawa. Adapun Kenes menceritakan tentang sekelompok perempuan yang penuh percaya diri yang tinggi ingin mencari pasangan hidup.
Masyarakat yang telah mendaftar pada link Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan), berkesempatan menyaksikan pertunjukan perdana pada Launching Jogja Cultural Show ini secara gratis dan selama kegiatan berlangsung disediakan angkringan sebagai sebuah ciri khas dan bentuk interaksi masyarakat Yogyakarta.
Seremonial peresmian di Auditorium Grha Budaya dihadiri Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, serta jajaran Forkopinda, OPD, dan stakeholder terkait.
Sendratari ‘Sang Pangaribawa’ menjadi puncak seremoni yang menggambarkan keteladanan dan kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam hal kekuasaan.
Sendratari ini menampilkan perjuangan, keikhlasan, dan pengorbanan menjadikan spirit bagaikan Satriya Pringgodani Raden Gatotkaca yang rikat dalam mengambil keputusan dan tindakan “Sepi Ing Pamrih Rame Ing Gawe” menyelaraskan Negeri Mataram. Peresmian ini sekaligus membuka rangkaian Calender of Event Taman Budaya Embung Giwangan, seperti Jogja Cultural Show, Sekar Rinonce, Pasar Minggu TBEG, serta berbagai kegiatan seni budaya hasil kolaborasi dengan berbaga pihak yang dilaksanakan di kawasan Taman Budaya Embung Giwangan.