Banyak yang mengira bahwa Gigs sama dengan konser, namun pada faktanya sangat jauh berbeda. Kalau konser biasanya acara musik yang besar, jumlah penonton bisa sampai ribuan, lokasi diadakan biasanya di lapangan luas seperti stadion dan yang paling utama line up-nya pasti banyak musisi terkenal. Sedangkan Gigs itu acara musik dengan skala kecil dan biasanya hanya fokus ke satu genre saja. Jumlah penontonnya pun tidak lebih dari 100 orang.
Ketika bangkitnya industri musik setelah pandemi dan hanya beberapa band besar saja yang dapat main di festival besar. Sedangkan masih banyak di luar sana, band-band atau musisi yang ingin main di sebuah acara. Maka dari itu keberadaan Gigs ini sangat memberikan ruang publik bagi band-band kecil untuk menampilkan karyanya secara langsung.
Tak perlu bicara kualitas, koneksi dan ‘angka’ sekarang menjadi kunci penting bagaimana sebuah band bisa masuk kedalam sebuah festival musik. Ini menjadi sebuah hal yang perlu diperhatikan dari penyelenggara festival musik, bagaimana Gigs skala kecil, atau underground, memberikan wadah atau ruang publik untuk mereka bersenang-senang meski dengan perlengkapan dan venue seadanya. Setidaknya, para band-band akar rumput memiliki kesempatan untuk tampil.
Baca Juga: Goodnight Electric Merilis Single Baru Bertajuk “Udara” Untuk Menyambut Album Terbarunya
Banyak media yang menyebut bahwa industri musik kita sudah merdeka. Namun merdeka untuk siapa? Faktanya industri musik kita belum sepenuhnya merdeka, karena yang bisa main di festival musik hanya band-band besar saja. Namun dibalik itu semua industri memang mencari keuntungan. Dampak bagi musik-musik underground yaitu tidak akan berkembang jika tidak di lirik oleh media yang besar. Untuk menyiasati kejamnya industri, banyak band-band kecil yang akhirnya membuat panggung sendiri, agar bisa dinikmati orang banyak.