Guna melindungi pelaku dan alat musik tradisional Indonesia di era digital Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mendukung peluncuran laman AMI ETHNIC pada Rabu (11/10) di Jakarta.
Indonesia memiliki banyak budaya, bahasa, tarian, dan alat musik tradisional yang tersebar di seluruh negeri. Namun, jika generasi penerus tidak memperhatikan dan melakukannya, semua ini dapat punah. Dari Sabang hingga Meraoke, ada banyak alat musik tradisional, seperti kecapi, gendang, sape, angklung, aramba, doli-doli, talindo, kolintang, demung, ganda, geso-geso, rebana, dan lainnya.
Laman web yang digagas oleh Yayasan Anugerah Musik Indonesia (YAMI) ini, akan berfungsi sebagai sumber informasi yang membahas berbagai topik tentang alat musik tradisional Indonesia, termasuk jenisnya, sejarahnya, cara memainkannya, dan lokasi di mana orang dapat membelinya.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, mengungkapkan, kemunculan portal informasi AMI ETHNIC adalah penghargaan tinggi pemerintah dan komunitas bagi pelaku alat musik tradisional.
“Melalui portal AMI ETHNIC, para pemain dan produsen alat music tradisional dapat lebih mengembangkan kualitasnya sehingga makin diminati masyarakat maupun negara lainnya. Harapannya para pelaku alat musik tradisional dapat ikut berdaya saing di pasar music global era digital,” ujar Mahendra, saat peluncuran.
Mahendra menyebutkan bahwa karena semangat dan rasa cinta para pelaku music tradisional, kebesaran sejarah dan keunikan alat musik tradisional Indonesia masih dikagumi oleh bangsa-bangsa di dunia hingga hari ini. Mahendra mengatakan bahwa keanekaragaman alat musik tradisional Indonesia telah ada sejak lama dan harus mendapatkan perhatian khusus.
“Lestari dan disebarluaskannya alat musik tradisional akan memberi pengetahuan besar bagi generasi penerus mengenai kebesaran seni budaya leluhurnya. Terjaganya warisan alat musik tradisional ikut membuktikan pula bahwa sejak dulu seni musik telah menjadi bagian hidup nenek moyang sehingga membentuk ciri khas budaya di setiap daerah,” tutur Mahendra.
Dalam kesempatan yang sama, ketua umum YAMI, Candra Darusman, mengatakan, pihaknya ingin mengenalkan para musisi dan produsen music tradisional ke publik hingga dapat sejajar dengan musisi industry.
“AMI mengapresiasi sebesar-besarnya pemain dan produsen alat music tradisional sebagai musisi non-industri sebab jasa dan kepedulian mereka pada seni budaya Indonesia yang tidak boleh dilupakan,” ucap Candra.
Candra berpendapat bahwa ciri-ciri dan latar belakang sejarah alat musik tradisional sangat layak dipromosikan sebagai informasi untuk membangun kesadaran generasi berikutnya tentang pentingnya alat tersebut untuk semakin populer.
YAMI adalah organisasi independen yang setiap tahun memberikan penghargaan kepada musisi kreatif Indonesia yang terbaik dengan tujuan meningkatkan inovasi, kemampuan, dan kualitas musik mereka.