Yogyakarta – Dalam upaya melestarikan Kebudayaan Daerah, perlu kiranya dukungan terhadap kegiatan yang dapat menjadi media aktualisasi dari kebudayaan tersebut. Berbagai bidang seni yang tumbuh dan kembang di masyarakat perlu mendapatkan wadah dan media untuk menyalurkan segala ide dan kreatifitas agar dapat menjadi ajang aktualisasi diri dan menjalin sinergi dengan berbagai pihak.
Yogyakarta senantiasa tidak pernah habis melahirkan karya-karya seni, menunjukkan bahwa geliat proses di tengah masyarakat, khususnya di kalangan pelaku seni selalu bergulir dan mengalami dinamika. Perkembangan dunia seni perlu mendapatkan pengarahan dan pendampingan dari pihak – pihak lain baik Pemerintah Kota Yogyakarta maupun mitra – mitra lainnya misal akademi, korporate dan lainnya.
Kota Yogyakarya sebagai kota seni budaya tentu erat kaitannya dengan beragam kesenian baik kesenian tradisional maupun kesenian kontemporer. Keberadaan Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Pakualaman sebagai pilar seni budaya menjadikan Kota Yogyakarta sebagai wilayah yang berpotensi dalam upaya pelestarian dan pengembangan Kesenian salah satunya kesenian Sendratari. Di sisi lain, multikultural Kota Yogyakarta sebagai jantung Daerah Istimewa Yogyakarta juga mendapatkan tantangan yang cukup besar. Keterbukaan Kota Yogyakarta terhadap perubahan zaman dan pengaruh budaya luar tidak menutup kemungkinan menyebabkan tergesernya seni budaya tradisi yang sejak lama tumbuh dan berkembang di Kota Yogyakarta. Regenerasi pelaku seni akhirnya menghadang kelangsungan kehidupan kesenian Sendratari yang mengancam karakteristik dan kepribadian Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya. Kurangnya minat generasi muda menjadi salah satu alasan mengapa regenerasi kesenian Sendratari menjadi terhambat.
Baca Juga : Asal Usul Baju Gagrak Yogyakarta wajib di gunakan di hari Kamis Pon
Menyikapi potensi dan tantangan besar tersebut dan sebagai bentuk pelestarian, pengembangan serta pembinaan kepada masyarakat maupun para pelaku/penggiat seni, pada tahun 2024 ini Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta kembali menyelenggarakan Resital Seni Pertunjukan Sendratari. Kegiatan ini diperuntukan bagi masyarakat Kota Yogyakarta khususnya generasi muda di bawah usia 30 tahun sebagai langkah yang diambil dalam rangka membumikan kembali kesenian Sendratari di Kota Yogyakarta. Diawali dengan pembekalan materi melalui workshop dan kemudian diimplementasikan melalui Resital Seni Pertunjukan, melalui kegiatan ini diharapkan menjadi media regenerasi yang akan mencetak banyak para pelaku seni Kota Yogyakarta yang memiliki kapasitas dan keterampilan yang mumpuni dalam hal kesenian Sendratari.
Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh Narasumber selama mengikuti workshop, para penari muda kota Yogyakarta mencoba untuk menggiatkan kembali kesenian Sendratari sebagai seni unggulan kota Yogyakarta yang mampu menyesuaikan dengan dinamika perubahan zaman. Melalui resital Sendratari yang telah di selenggarakan pada 28 Agustus 2024 di Pendopo nDalem Yudonegaran. Resital Sendratari melibatkan 50 penari muda kota Yogyakarta yang berasal dari Kemantren di wilayah Kota Yogyakarta mempersembahkan 3 repertoar tari dan sebuah pertunjukan Sendratari, antara lain , ANTEPING NAYAKA , Nayaka adalah penggambaran prajurit wanita yang sedang berlatih memanah sebagai perlindungan diri. Ketegasan, keberanian, dan tangguh dalam setiap gerak diambil dari karakter seorang prajurit. BUDONG Bermodalkan tenaga dan selendang Menggendong kesana kemari. Menawarkan jasa untuk mengangkut barang diarea pasar. BURUH GENDONG. PERTUNJUKAN SENDRATARI TINDHA NISKALA Pengorbanan yang mendalam, menggetarkan emosional jiwa untuk berbuat memaknai sebuah pengorbanan..Ketegangan dan ketenangan ber elaborasi membentuk jiwa baru..Kemurnian cinta yang membuat kekuatan untuk terus menjalani hidup.” Sabar iku ingaran mustikaning laku”. Informasi lebih lanjut bisa disimak di Instagram Dinas Kebudayaan kota Yogyakarta